Langsung ke konten utama

TRADISI NGEREBEG



TRADISI NGEREBEG
(Di Desa Tegallalang Gianyar) 

Ritual Ngerebeg merupakan salah satu ritual yang sangat ditunggu oleh para fotografer pencinta Budaya Bali. Upacara yang dilakukan di Pura Duur Bingin Tegalalang Gianyar ini dilakukan setiap 210 hari sekali atau 6 bulan sekali.
Kegiatan ini untuk menetralisir segala pengaruh negatif yang ada di lingkungan Desa Pakraman Tegallalang, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar. Para pengayah (warga) mulai dari anak-anak hingga dewasa, menghias seluruh tubuhnya agar terlihat seram seperti mengecat muka, badan, dan  menambahkan pernik-pernik atau mengenakan pakaian yang menyerupai butha kala yang selalu mencoba mengganggu kehidupan manusia. Mereka menyimbolkan diri sebagai wong samar, karena sesungguhnya ritual ini untuk memberikan tempat bagi wong samar yang diyakini akan ikut menjaga Desa Tegallalang. Bhuta Kala perlu diberikan persembahan agar bisa hidup berdampingan dan tidak saling mengganggu dengan manusia. Ritual ini telah dilakukan secara turun-temurun selama ratusan tahun dan penduduk setempat meyakini jika salah satu anak tidak ikut ritual ini akan menderita sakit dalam beberapa hari. 
Ngerebeg didahului dengan Pacaruan di Pura Duur Bingin. Setelah pacaruan, dilanjutkan menghaturkan pica kemudian membagikan  pica alit (pica kecil). Pica bisa disimboliskan sebagai paica/anugrah yang diberikan oleh Tuhan agar diberi keselamatan dan kesempurnaan. Pica alit (pica kecil) adalah berupa makanan yang telah dibagi menjadi porsi-porsi kecil dengan menggunakan daun pisang sebagai wadahnya. Makanan ini kemudian diberikan ke semua anak-anak dan orang dewasa. Selanjutnya anak-anak membagi diri dan duduk bersama membentuk lingkaran kecil mengelilingi makanan yang berupa nasi dan lawar disajikan dengan beralaskan daun pisang. Menyantap makanan secara bersama-sama dalam suatu lingkaran ini yang juga disebut megibung merupakan tradisi unik yang juga dimiliki di beberapa desa di Bali.
Akhirnya ritual Ngerebeg pun dimulai. Dengan diiringi gamelan beleganjur, anak-anak membawa penjor dalam ukuran kecil ini dihiasi daun kelapa untuk memperlihatkan bahwa mereka tidak takut terhadap butha kala. Dimulai dari Pura Duur Bingin, anak-anak berangkat mengelilingi tujuh banjar yakni: Penusuan, Tengah, Tegal, Triwangsa, Tegallalang, Pejeng Adi, dan banjar Gagah. Selama perjalanan itu, mereka pun menghanturkan bhakti di Pura Mrajapati, Pura Dalem Tegallalang and Pura Desa Tegallalang. Secara keseluruhan ritual Ngerebeg ini bertujuan menetralkan unsur-unsur negatif dan memohon keselamatan untuk seluruh umat khususnya desa Tegalalang.

Sumber :
Nusa Bali. 2016. “Netralisir Butha Kala dengan Ngerebeg di Tegallalang”. Dalam http://www.nusabali.com/berita/8088/netralisir-butha-kala-dengan-ngerebeg-di-tegallalang. Diunduh pada 14 April 2017.
Prayasa Family. 2009. “Ritual Ngerebeg di Desa Tegalalang, Gianyar”. Dalam https://prayasafamily.wordpress.com/2009/11/22/ritual-ngerebeg-di-desa-tegalalang-gianyar/.  Diunduh pada 14 April 2017.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEARIFAN LOKAL

PARIBASA BASA BALI Bali yang mempunyai beragam kearifan lokal sudah seharusnya kita menjaga semua kearifan lokal itu. Kearifan lokal merupakan butir-butir kecerdasan atau kebijaksanaan “asli” yang dihasilkan oleh suatu masyarakat. Wujud dari kearifan lokal berupa ungkapan-ungkapan tradisional. Ungkapan-ungkapan yang di maksud seperti Paribase Basa Bali. Jadi kita sebagai orang Bali seharusnya tidak meninggalkan Paribasa yang dulu pernah dibuat oleh para leluhur kita sebelumnya karena paribasa sangat bermakna begitu dalam. Paribasa dalam bahasa Indonesia sama artinya dengan Pribahasa, dimana pribahasa merupakan ungkapan tau kalimat ringkas padat, yang berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup, atau aturan dari sebuah tingkah laku. Berikut ini bagian-bagian dari Paribasa Basa Bali beserta contonya : A.       Sesonggan (pepatah) Adapun contoh dari Sesongan sebagai berikut: 1.       Blakas mangan di pisaga. ...

Hari Baik Bercocok Tanam dan Tata Cara Mengerjakan Sawah

Hari -h ari Baik Bercocok Tanam s esuai d engan Perhitungan Saptawara dan Tata Cara Mengerjakan Sawah Berdasarkan Saptawara d an Pancawara A.     Tata cara mengerjakan sawah berdasarkan Saptawara dan pancawara : ·          Bila hari Selasa Umanis baik untuk membajak. ·          Senen Wage muali membibit padi. ·          Rabu Kliwon memperbaiki pematang dan pembatas. ·          Selasa Wage memperbaiki parit. ·          Kamis Umanis menanam. ·          Hari Minggu menata tanaman dari arah Barat Daya . ·          Hari Jumat membersihkan pematang dengan parang khusus. ·          Senin memotong padi dari arah Timur Laut. · ...

CARA MEMBUAT POROSAN

POROSAN Porosan adalah salah satu satu unsur yang sangat penting yang ada di dalam canang sari. Canang Sari merupakan upakara (perlengkapan) keagamaan umat Hindu di Bali untuk persembahan setiap harinya. Porosan mempunyai makna bahwa setiap umat harus mempunyai hati ( poros ) penuh cinta dan welas asih serta rasa syukur yang mendalam kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Berikut ini adalah a lat-alat yang biasa digunakan dalam membuat Porosan :    1.       Janur / Selepahan    2.       Plawa (Daun Kayu)    3.       D aun Sirih    4.       Bunga    5.       Pamor    Dibawah ini adalah cara-cara dalam membuat Porosan : Ca ra membuat Porosan : ·          Lihat pada gambar ke-1, Janur ditoes (dibentuk) dengan menggunakan pisa...