Tradisi Ngusaba Guling
Ratusan
babi guling berjejer rapi di pelataran Pura Dalem Desa Timbrah Karangasem. Para
pecinta babi guling akan ngiler dibuatnya, bau khas babi guling menyengat di
pelataran pura, jarak beberapa meter pun masih tercium baunya.
Kebanyakan
masyarakat di Bali mungkin belum begitu mengenal dengan tradisi unik yang satu
ini.
Namanya “Ngusaba Guling” disebut juga Ngusaba Dalem yang terletak di Desa
Timbrah Karangasem. Tradisi Ngusaba Guling ini dilaksanakan setiap tahun
menurut perhitungan kalender Hindu Bali, yaitu setiap 420 hari pada Sukra Pon
Kewulu. Tradisi turun temurun ini bertujuan untuk memohon kepada Ida Batari
Durga (Sakti dari Dewa Siwa).
Tradisi
ngusaba yang setahun sekali ini merupakan bentuk dari rasa syukur dan persembahan
tulus iklas warga desa adat timrah kepada Ida Shang hyang Widhi wasa dalam
manifestasinya sebagai Bhatari Durga agar diberi keselamatan dan kesejahteraan.
Juga sekaligus dapat mempererat kebersamaan dari para karma warga desa adat
timrah. Selain itu juga Persembahan babi guling merupakan wujud terima kasih
karena atas limpahan karunia berupa hasil bumi dan ternak dari Ida Batara yang
malinggih dan di-sungsung di Pura Dalem Desa Pakraman Timbrah.
Pada
tahun 2016 desa adat timrah memiliki 850 kepala keluarga dan setiap keluarga
mempersembahkan babi guling, tapi ini bukan keharusan bagi warga yang tidak
mampu. Pada
zamannya masyarakat Bali yang memiliki ekonomi lebih tidak begitu banyak,
ketika diadakan Upacara Adat atau Yadnya di salah satu desa hanya yang memiliki
keberuntungan di wajibkan untuk saling berbagi kepada mereka yang belum
beruntung. Termasuk ketika diadakan Ngusaba Desa Timbrah, dahulu hanya mereka
yang mampu saja lah yang membuat banten dengan babi guling. Yang mana setelah
selesai diadakannya upacara ngusaba guling, banten babi guling ini dibagikan
kepada mereka yang tidak mampu pada saat itu atau dalam istilah bali dikenal
dengan ngejot. Kebersamaan ini terus
berlangsung mengikuti jalannya waktu. Lama kelamaan mereka yang kurang
beruntung ada keinginan untuk tidak selalu mendapat uluran tangan dari mereka
yang lebih mampu. Hingga tahun tahun berikutnya saat tradisi ini dilakukan
masyrakat yang mampu maupun tidak mampu ikut serta melakukan upacara yadnya ini
dengan menghanturkan banten babi guling sebagai persembahan untuk upacara.
Sumber :
Setiari, Diah.
2015. “Ngusaba Guling Desa Timbrah
Karangasem”. Dalam http://masihdibali.blogspot.co.id/2015/04/ngusaba-guling-desa-timbrah-karangasem.html. Diunduh pada
14 April 2017.
Saputra, Oki. 2016. “Tradisi Ngusaba Guling, Desa
Timbrah, Karangasem”. Dalam http://colekpamor.blogspot.co.id/2016/01/tradisi-ngusaba-guling-desa-timbrah.html.
Diunduh pada
14 April 2017.
Komentar
Posting Komentar